Operator telepon seluler (ponsel) terus berusaha mencari peluang bisnis baru demi memacu pendapatannya. Selain dari layanan suara, SMS, dan data, kini para operator ingin membidik penghasilan dari bisnis mobile advertising, alias bisnis iklan via ponsel.
Tiga operator besar sekarang merambah bisnis ini. Setelah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk siap masuk untuk menekuni bisnis ini. XL masih menyiapkan layanan bisnis mobile advertising dan berniat meluncurkan layanan tersebut tahun 2011 ini. XL menggandeng satu mitra penyedia aplikasi mobile advertising untuk menggarap pasar bisnis ini. XL juga akan menyisihkan sepertiga dari belanja modal alias capital expenditure (capex) untuk mengembangkan layanan data dan mobile advertising.
Sebagai catatan, tahun ini XL menargetkan pendapatan sekitar Rp 19,36 triliun. Alhasil, hitung punya hitung, XL membidik pendapatan Rp 3,48 triliun-Rp 3,87 triliun dari bisnis VAS dan data. Potensi menggiurkan mobile advertising adalah layanan yang menjadikan ponsel sebagai media beriklan atau menjajakan produk para produsen. Bisnis layanan ini melibatkan banyak pihak, yakni produsen, biro iklan, dan operator.
Telkomsel dan Indosat yang sudah lebih dulu masuk bisnis mobile advertising berupaya mengail pendapatan besar dari bisnis ini. Telkomsel, misalnya, meluncurkan layanan mobile advertising lewat SMS 2.0 Live dan Mobile Coupon. Menurut Nyoto Priono, Wakil Presiden Mobile Advertising Telkomsel, layanan ini berbeda dengan SMS premium yang mewajibkan pelanggan mendaftarkan diri lebih dulu. Di mobile advertising, pelanggan otomatis menerima Wan saat mengirim SMS.
Telkomsel optimistis dalam lima tahun ke depan bisa meraup pendapatan Rp 2,5 triliun dari bisnis ini. Saat ini Telkomsel sudah menggaet lebih dari 60 mitra untuk mengembangkan aplikasi ini.
Kendati masih baru, menurut Nyoto, prospek bisnis mobile advertising memang menggiurkan. Saat ini saja, sekitar 180 juta orang tercatat sebagai pelanggan ponsel. Sebagai gambaran, proyeksi total belanja iklan tahun ini sekitar Rp 56 triliun. Nah, selama ini sebagian besar iklan tersebut masih terpajang di TV dan media cetak. Tren media beriklan ini akan bergeser seiring penggunaan telepon seluler.
HTC WP7 http://snapvoip.blogspot.com/ Engadget directed me to a tweet and a tweetpic by the Phone reviewer Eldar Murtazin to witness a new WP7 HTC phone with a fantastic camera specs. Just like many DSLRs of today the 12MP camera is capable of doing many things similar to those cameras carry, like Raw capture, exposure compensation, and exposure metering, just by looking at those photos. The Nokia N8 also carries similar capabilities. Eldar has mentioned that he will compare the two.
Teknologi kini akan ditampilkan kepada masyarakat melalui pameran komputer terbesar di Asia dan kedua terbesar di dunia, setelah CeBIT di Jerman akan digelar mulai Selasa (31/5/2011) di Taipei, Taiwan. Pameran akan digelar di sejumlah lokasi termasuk Taipei World Trade Center dan Taipei International Convention Center selama 5 hari hingga Sabtu (4/6/2011) mendatang.
Tahun ini, penyelenggaraan Computex 2011 memasuki tahun ke 31. Sekitar 1.800 peserta pameran dan 52.000 stand akan ada di pameran itu, dengan pengunjung diperkirakan mencapai 36.000. TeknologitabletPC adalah salah satu yang menjadi sorotan dalam Computex 2011 kali ini.
Selama acara, akan digelar sejumlah venue dan diskusi panel, seperti presentasi Boyd A Davis, Vice President, Intel Architecture Group serta forum yang dipimpin vice president Microsoft Corporate Steven Guiggenheimer. Di sela-selanya, peluncuran produk-produk IT terbaru juga menunggu.
Ajang Computex kali ini juga akan fokus pada teknologi 3D. Dengan meningkatnya penjualan produk 3D belakangan, beberapa produsen juga akan memperkenalkan produk 3D terbarunya di ajang ini. Asal tahu, 12,9 juta TV 3D sudah terjual tahun lalu. Nah, tunggu kejutan-kejutan baru di Computex 2011. Bagi Anda yang tertarik silahkan datang langsung ke pameran tersebut…
Padfone merupakan kombinasi tablet dan smartphone. Dalam perkenalan perdananya, Chairman Asus Jonney Shih mendemonstrasikan bagaimana keunikan perangkat tersebut. Di panggung, tampak sebuah tablet berlayar 10,1 inci dan tiba-tiba dari bagian belakangnya, ia mengambil sebuah smartphone berlayar 4,3 inci.
Konsepnya memang memadukan smartphone dan tablet tapi bukan dalam perangkat tunggal. Tim desain Asus merancang bagian belakang tablet tersebut agar bisa menjadi dock atau tempat dudukan untuk menyambungkan smartphone pasangannya. Idenya didasari banyak pengguna tablet dengan koneksi WiFi saja yang sulit mengakses internet jika tak menemui hotspot.
Nah, dengan ada smartphone yang bisa terhubung ke jaringan seluler, tinggal gabungkan untuk mengakses internet. Saat smartphone digabungkan, tampilan layarnya pun langsung muncul dengan ukuran lebih besar di layar tablet secara otomatis. Kekuatan baterai smartphone pun jadi lebih awet dengan digabungkan ke tablet. Kini menerima telepon pun bisa dilakukan dengan tablet.
Selain memperkenalkan Padfone, Asus juga memamerkan sejumlah perangkat baru lainnya. Antara lain Eee PC X101 generasi terbaru Eee PC dengan sistem operasi MeeGo maupun Windows 7. Lini produk tablet juga ditambah dengan Eee Pad MeMO 3D, berlayar 7 inci dengan sistem operasi Honeycomb dan mendukung stylus.
Di kategori notebook, diperkenalkan Asus seri UX yang mengandalkan desain stylish berketebalan hanya 17 mm, casing aluminium ringan, dan dilengkapi prosesor Intel Core i7. Teknologi SonicMaster yang dikembangkan bersama Bang & Olufsen kini pun digunakan di notebook seri N terbaru. All in one PC terbaru dari Asus seri ET2700XVT dengan layar HD 27 inci. Ajang Computex 2011 juga jadi arena memamerkan perangkat navigasi game berbasis gerakan WAVI Xtion yang bisa digunakan untuk meningkatkan pengalaman bermain game di PC.
[This post is by Chet Haase, an Android engineer who specializes in graphics and animation, and who occasionally posts videos and articles on these topics on his CodeDependent blog at graphics-geek.blogspot.com. — Tim Bray]
In an earlier article, Animation in Honeycomb, I talked about the new property animation system available as of Android 3.0. This new animation system makes it easy to animate any kind of property on any object, including the new properties added to the View class in 3.0. In the 3.1 release, which was made available recently, we added a small utility class that makes animating these properties even easier.
First, if you’re not familiar with the new View properties such as alpha and translationX, it might help for you to review the section in that earlier article that discusses these properties entitled, rather cleverly, “View properties”. Go ahead and read that now; I’ll wait.
Okay, ready?
Refresher: Using ObjectAnimator
Using the ObjectAnimator class in 3.0, you could animate one of the View properties with a small bit of code. You create the Animator, set any optional properties such as the duration or repetition attributes, and start it. For example, to fade an object called myView out, you would animate the alpha property like this:
This is obviously not terribly difficult, either to do or to understand. You’re creating and starting an animator with information about the object being animated, the name of the property to be animated, and the value to which it’s animating. Easy stuff.
But it seemed that this could be improved upon. In particular, since the View properties will be very commonly animated, we could make some assumptions and introduce some API that makes animating these properties as simple and readable as possible. At the same time, we wanted to improve some of the performance characteristics of animations on these properties. This last point deserves some explanation, which is what the next paragraph is all about.
There are three aspects of performance that are worth improving about the 3.0 animation model on View properties. One of the elements concerns the mechanism by which we animate properties in a language that has no inherent concept of “properties”. The other performance issues relate to animating multiple properties. When fading out a View, you may only be animating the alpha property. But when a view is being moved on the screen, both the x and y (or translationX and translationY) properties may be animated in parallel. And there may be other situations in which several properties on a view are animated in parallel. There is a certain amount of overhead per property animation that could be combined if we knew that there were several properties being animated.
The Android runtime has no concept of “properties”, so ObjectAnimator uses a technique of turning a String denoting the name of a property into a call to a setter function on the target object. For example, the String “alpha” gets turned into a reference to the setAlpha() method on View. This function is called through either reflection or JNI, mechanisms which work reliably but have some overhead. But for objects and properties that we know, like these properties on View, we should be able to do something better. Given a little API and knowledge about each of the properties being animated, we can simply set the values directly on the object, without the overhead associated with reflection or JNI.
Another piece of overhead is the Animator itself. Although all animations share a single timing mechanism, and thus don’t multiply the overhead of processing timing events, they are separate objects that perform the same tasks for each of their properties. These tasks could be combined if we know ahead of time that we’re running a single animation on several properties. One way to do this in the existing system is to use PropertyValuesHolder. This class allows you to have a single Animator object that animates several properties together and saves on much of the per-Animator overhead. But this approach can lead to more code, complicating what is essentially a simple operation. The new approach allows us to combine several properties under one animation in a much simpler way to write and read.
Finally, each of these properties on View performs several operations to ensure proper invalidation of the object and its parent. For example, translating a View in x invalidates the position that it used to occupy and the position that it now occupies, to ensure that its parent redraws the areas appropriately. Similarly, translating in y invalidates the before and after positions of the view. If these properties are both being animated in parallel, there is duplication of effort since these invalidations could be combined if we had knowledge of the multiple properties being animated. ViewPropertyAnimator takes care of this.
Introducing: ViewPropertyAnimator
ViewPropertyAnimator provides a simple way to animate several properties in parallel, using a single Animator internally. And as it calculates animated values for the properties, it sets them directly on the target View and invalidates that object appropriately, in a much more efficient way than a normal ObjectAnimator could.
Enough chatter: let’s see some code. For the fading-out view example we saw before, you would do the following with ViewPropertyAnimator:
myView.animate().alpha(0);
Nice. It’s short and it’s very readable. And it’s also easy to combine with other property animations. For example, we could move our view in x and y to (500, 500) as follows:
myView.animate().x(500).y(500);
There are a couple of things worth noting about these commands:
animate(): The magic of the system begins with a call to the new method animate() on the View object. This returns an instance of ViewPropertyAnimator, on which other methods are called which set the animation properties.
Auto-start: Note that we didn’t actually start() the animations. In this new API, starting the animations is implicit. As soon as you’re done declaring them, they will all begin. Together. One subtle detail here is that they will actually wait until the next update from the UI toolkit event queue to start; this is the mechanism by which ViewPropertyAnimator collects all declared animations together. As long as you keep declaring animations, it will keep adding them to the list of animations to start on the next frame. As soon as you finish and then relinquish control of the UI thread, the event queue mechanism kicks in and the animations begin.
Fluent: ViewPropertyAnimator has a Fluent interface, which allows you to chain method calls together in a very natural way and issue a multi-property animation command as a single line of code. So all of the calls such as x() and y() return the ViewPropertyAnimator instance, on which you can chain other method calls.
You can see from this example that the code is much simpler and more readable. But where do the performance improvements of ViewPropertyAnimator come in?
Performance Anxiety
One of the performance wins of this new approach exists even in this simple example of animating the alpha property. ViewPropertyAnimator uses no reflection or JNI techniques; for example, the alpha() method in the example operates directly on the underlying "alpha" field of a View, once per animation frame.
The other performance wins of ViewPropertyAnimator come in the ability to combine multiple animations. Let’s take a look at another example for this.
When you move a view on the screen, you might animate both the x and y position of the object. For example, this animation moves myView to x/y values of 50 and 100:
This code creates two separate animations and plays them together in an AnimatorSet. This means that there is the processing overhead of setting up the AnimatorSet and running two Animators in parallel to animate these x/y properties. There is an alternative approach using PropertyValuesHolder that you can use to combine multiple properties inside of one single Animator:
This approach avoids the multiple-Animator overhead, and is the right way to do this prior to ViewPropertyAnimator. And the code isn’t too bad. But using ViewPropertyAnimator, it all gets easier:
myView.animate().x(50f).y(100f);
The code, once again, is simpler and more readable. And it has the same single-Animator advantage of the PropertyValuesHolder approach above, since ViewPropertyAnimator runs one single Animator internally to animate all of the properties specified.
But there’s one other benefit of the ViewPropertyAnimator example above that’s not apparent from the code: it saves effort internally as it sets each of these properties. Normally, when the setX() and setY() functions are called on View, there is a certain amount of calculation and invalidation that occurs to ensure that the view hierarchy will redraw the correct region affected by the view that moved. ViewPropertyAnimator performs this calculation once per animation frame, instead of once per property. It sets the underlying x/y properties of View directly and performs the invalidation calculations once for x/y (and any other properties being animated) together, avoiding the per-property overhead necessitated by the ObjectAnimator property approach.
An Example
I finished this article, looked at it ... and was bored. Because, frankly, talking about visual effects really begs having some things to look at. The tricky thing is that screenshots don’t really work when you’re talking about animation. (“In this image, you see that the button is moving. Well, not actually moving, but it was when I captured the screenshot. Really.”) So I captured a video of a small demo application that I wrote, and will through the code for the demo here.
Here’s the video. Be sure to turn on your speakers before you start it. The audio is really the best part.
In the video, the buttons on the upper left (“Fade In”, “Fade Out”, etc.) are clicked one after the other, and you can see the effect that those button clicks have on the button at the bottom (“Animating Button”). All of those animations happen thanks to the ViewPropertyAnimator API (of course). I’ll walk through the code for each of the individual animations below.
When the activity first starts, the animations are set up to use a longer duration than the default. This is because I wanted the animations to last long enough in the video for you to see. Changing the default duration for the animatingButton object is a one-line operation to retrieve the ViewPropertyAnimator for the button and set its duration:
animatingButton.animate().setDuration(2000);
The rest of the code is just a series of OnClickListenerobjects set up on each of the buttons to trigger its specific animation. I’ll put the complete listener in for the first animation below, but for the rest of them I’ll just put the inner code instead of the listener boilerplate.
The first animation in the video happens when the Fade Out button is clicked, which causes Animating Button to (you guessed it) fade out. Here’s the listener for the fadeOut button which performs this action:
You can see, in this code, that we simply tell the object to animate to an alpha of 0. It starts from whatever the current alpha value is.
The next button performs a Fade In action, returning the button to an alpha value of 1 (fully opaque):
animatingButton.animate().alpha(1);
The Move Over and Move Back buttons perform animations on two properties in parallel: x and y. This is done by chaining calls to those property methods in the animator call. For the Move Over button, we have the following:
int xValue = container.getWidth() - animatingButton.getWidth(); int yValue = container.getHeight() - animatingButton.getHeight(); animatingButton.animate().x(xValue).y(yValue);
And for the Move Back case (where we just want to return the button to its original place at (0, 0) in its container), we have this code:
animatingButton.animate().x(0).y(0);
One nuance to notice from the video is that, after the Move Over and Move Back animations were run, I then ran them again, clicking the Move Back animation while the Move Over animation was still executing. The second animation on the same properties (x and y) caused the first animation to cancel and the second animation to start from that point. This is an intentional part of the functionality of ViewPropertyAnimator. It takes your command to animate a property and, if necessary, cancels any ongoing animation on that property before starting the new animation.
Finally, we have the 3D rotation effect, where the button spins twice around the Y (vertical) axis. This is obviously a more complicated action and takes a great deal more code than the other animations (or not):
animatingButton.animate().rotationYBy(720);
One important thing to notice in the rotation animations in the video is that they happen in parallel with part of the Move animations. That is, I clicked on the Move Over button, then the Rotate button. This caused the movement to stat, and then the Rotation to start while it was moving. Since each animation lasted for two seconds, the rotation animation finished after the movement animation was completed. Same thing on the return trip - the button was still spinning after it settled into place at (0, 0). This shows how independent animations (animations that are not grouped together on the animator at the same time) create a completely separate ObjectAnimator internally, allowing the animations to happen independently and in parallel.
Play with the demo some more, check out the code, and groove to the awesome soundtrack for 16.75. And if you want the code for this incredibly complex application (which really is nothing more than five OnClick listeners wrapping the animator code above), you can download it from here.
And so...
For the complete story on ViewPropertyAnimator, you might want to see the SDK documentation. First, there’s the animate() method in View. Second, there’s the ViewPropertyAnimator class itself. I’ve covered the basic functionality of that class in this article, but there are a few more methods in there, mostly around the various properties of View that it animates. Thirdly, there’s ... no, that’s it. Just the method in View and the ViewPropertyAnimator class itself.
ViewPropertyAnimator is not meant to be a replacement for the property animation APIs added in 3.0. Heck, we just added them! In fact, the animation capabilities added in 3.0 provide important plumbing for ViewPropertyAnimator as well as other animation capabilities in the system overall. And the capabilities of ObjectAnimator provide a very flexible and easy to use facility for animating, well, just about anything! But if you want to easily animate one of the standard properties on View and the more limited capabilities of the ViewPropertyAnimator API suit your needs, then it is worth considering.
Note: I don’t want to get you too worried about the overhead of ObjectAnimator; the overhead of reflection, JNI, or any of the rest of the animator process is quite small compared to what else is going on in your program. it’s just that the efficiencies of ViewPropertyAnimator offer some advantages when you are doing lots of View property animation in particular. But to me, the best part about the new API is the code that you write. It’s the best kind of API: concise and readable. Hopefully you agree and will start using ViewPropertyAnimator for your view property animation needs.
Teknologi kini semakin beralih dari CPU ke laptop, pengalihan ini menyebabkan bertumpuknya sampah CPU di mana-mana. Hal ini juga terjadi di sekolah-sekolah yang mulai mengganti penggunaan CPU dengan laptop di laboratorium komputer sekolah.
Menumpuknya sampah CPU di gudang sekolah menginspirasi tim dari SMA ini untuk membuat sebuah pendingin laptop yang mereka beri nama Coolpad Multifungsi. Tim ini adalah pemenang ke-dua dari L'Oreal Girls Science Camp 2011 yang baru saja digelar di Rumah Jambuluwuk Resort, Ciawi, Bogor, Rabu (25/5/2011).
Coolpad multifungsi merupakan alat yang membantu mendinginkan laptop dengan menyemprotkan angin ke bagian bawah laptop. Coolpad multifungsi dapat membantu mengurangi panas yang dikeluarkan oleh prosesor saat laptop bekerja. Coolpad ini dikatakan multifungsi karena selain mendinginkan laptop, juga dapat membantu memperbesar volume suara laptop. Speaker aktif yang ada di dalamnya merupakan komponen yang membantu volume suara yang dikeluarkan laptop.
Proses kerja Coolpad Multifungsi adalah mengambil sumber listrik dari arus listrik PLN (AC) yang diubah oleh adaptor menjadi arus listrik DC, kemudian ditransmisikan oleh adaptor ke jalur-jalur kabel yang sudah dihubungkan ke masing-masing komponen, sehingga komponen tersebut bisa bekerja sesuai tugasnya.
Coolpad Multifungsi ini dibuat dari sampah-sampah CPU, speaker aktif bekas, power supply bekas, mouse pad bekas, dan pilok, sehingga tak ada biaya yang dikeluarkan. Tim ini hanya mengeluarkan biaya untuk alat-alat pendukung seperti baut, amplas, pilok, soket stereo, dan lem besi yang total pengeluarannya hanya Rp 33.000.
Anggota tim ini terdiri atas Dewi Rizky Amalia, kelahiran Rangkasbitung, 27 April 1995. Lalu Yunita Fahni, kelahiran Lebak, 21 Juni 1996, dan Hilma Muthi'ah, kelahiran Lebak, 9 Juni 1995. Mereka bertiga dipilih oleh sekolah dari puluhan anggota ektra kurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) di sekolah.
Ine Ririn Suryani selaku pembimbing tim sekolah ini mengatakan, penelitian yang dilakukan oleh anak didiknya berjalan selama satu bulan yang diselingi dengan Olimpiade-olimpiade tersebut. "Persiapannya cukup singkat karena waktunya terbagi dengan Olimpiade lain, tapi Alhamdulillah bisa menang," ujar Ine saat ditemui Kompas.com usai pengumuman pemenang.
BlackBerry Curve 8520 atau yang biasa disebut dengan BlackBerryGemini sekarang telah hadir dengan warna barunya, yaitu warna Liquid Blue. BlackBerry Curve 8520 warna Liquid Blue ini dijual dengan harga yang sama dengan varian warna lainnya, yakni seharga Rp 1.999.000 dengan garansi selama 24 bulan dari gerai resmi.
Dibanding model smartphoneBlackBerry lainnya, Curve 8520 bisa dibilang paling terjangkau harganya saat ini. Untuk akses internet, selain melalui layanan BlackBerryInternet Services atau BlackBerryEnterprises Services yang disediakan operator, juga sudah dilengkapi WiFi. Hanya saja, tidak ada GPS dalam perangkat ini.
Seperti produk BlackBerry lainnya, perangkat ini menawarkan kemudahan dalam penggunaan dan akses ke berbagai situs web jejaring sosial, termasuk situs web jejaring sosial terpopuler, seperti BBM, Facebook, dan Koprol. Navigasinya dengan touchpad dan keyboard Qwerty. BlackBerry Curve 8520 kini tersedia di semua operator ponsel dan distributor resmi di Indonesia.
Linux meski telah terus berkembang sebagai softwaresistem operasi alternatif yang dapat kita peroleh secara gratis, namun sistem operasi Linux ini masih mengalami diskriminasi. Masyarakat pengguna komputer tak kunjung mengetahui potensinya karena media massa, misalnya, tidak meletakkan Linux sebagai bahasan dibanding, misalnya, perangkat setiap saat ditayangkan. Padahal, Linux sudah berkembang amat maju dan memecahkan banyak kendala atas kebutuhan sistem operasi yang murah, bahkan gratis, mudah, dan produktif.
Hal itu ditegaskan praktisi Linux, aktivis Komunitas Linux Arek Malang (Kolam) Jawa Timur, Dandy Prasetya Adi, Minggu (29/5/2011) di Malang. Media massa tidak dapat dijadikan ukuran kemajuan pengembangan perangkat lunak karena perangkat lunak itu sendiri, apalagi Linux sebagai perangkat lunaksistem operasi, tidak mendapatkan porsi liputan memadai.
Sementara sebenarnya, dengan kemajuan yang dialami Linux, termasuk Linux versi Indonesia yang sudah amat maju bernama Blank-on, atau boleh disebut LinuxBlangkon, konsumen komputer sudah dapat menikmati harga komputer yang lebih murah, tanpa perlu khawatir dengan ancaman hukum penggunaan perangkat lunak bajakan.
Ketua Komunitas LinuxUniversitas Islam Negeri (UIN) Malang Fajar Rizqi Saputra mengatakan, Blank-On telah secara resmi digunakan pada komputer di kantor-kantor Pemerintah Kabupaten Malang. Sebanyak 400 komputer di lingkungan dinas dan instansi Pemkab Malang telah diimigrasikan dari Windows ke Linux distro Blank-on.
"Alasannya sederhana, karena sistem operasiWindows mahal. Biaya akan bertambah jika menggunakan perangkat lunak pengolah kegiatan perkantoran seperti Word, Excell, dan lain-lain. Untuk sebuah komputer diperlukan biaya hingga jutaan rupiah. Bakal memerlukan anggaran sangat besar jika harus membiayai 400 komputer," katanya.
Di Indonesia, penindakan hukum terhadap kegiatan pembajakan perangkat lunak berbayar masih amat rendah sehingga konsumen komputer masih memutuskan menggunakan perangkat lunak bajakan. Ini menjadikan secara nasional negara dirugikan karena Indonesia tak kunjung lepas dari statusnya sebagai lokasi suburnya pembajakan. Padahal, dengan Linux sesungguhnya sudah ada jawaban.
Nokia dan CNN melakukan kerja sama untuk layanan pemetaan. Melalui kerja sama ini CNN akan menggunakan teknologi pemetaan Nokia untuk mendukung kegiatan operasional peliputan. Sebaliknya, Nokia akan menyediakan fitur CNN, untuk memudahkan penggunanya mengakses berita CNN melalui ponsel.
Kolaborasi mengimplementasikan kekuatan CNN dalam menjaring berita secara global, teknologi pemetaan dan lokasi. Kolaborasi ini pertama kali diluncurkan menggunakan teknologi Nokia Peta 3D yang masuk ke jaringan CNN dalam meliput berita pernikahan royal di Inggris.
"Kolaborasi ini adalah kerja sama yang sangat cocok bagi kedua belah pihak karena kami memiliki filosofi yang sama dalam menghubungkan orang tanpa batas melalui kombinasi konten berita yang menarik dan teknologi yang canggih,” ujar Tony Maddox, Managing Director, CNN International.
“Nokia dan CNN mempunyai kepercayaan bahwa berita sekarang ini lebih (banyak dibutuhan) dalam bentuk mobile, demokratis dan dapat secara cepat disebarkan ke seluruh dunia,” ujar Jerri DeVard, Chief Marketing Officer, Nokia.
“Kami sangat bangga bahwa CNN ingin menggunakan layanan pemetaan Nokia yang inovatif untuk jaringan berita internasionalnya. Kami sangat senang untuk bekerja sama dengan CNN dalam memberikan berita menarik kepada para pelanggan Nokia.”
Kerja sama ini juga terwujudkan dalam bentuk aplikasi CNN pada ponsel Nokia yang memberikan akses untuk masuk ke dunia CNN berupa liputan bisnis, olah raga, hiburan dan teknologi, juga live video streaming.
Aplikasi ini juga memberikan akses kepada pengguna ponsel nokia untuk berbagi berita CNN melalui akun jejaring sosial masing- masing, serta berpartisipasi dalam proses liputan melalui akses langsungke komunitas berita CNN: iReport. CNN App for Nokia tersedia di Ovi Store.
Kaspersky menyatakan bahwa sejumlah software keluaran Adobe berpotensi merusak sistem komputer Anda!
Dalam daftar yang dikeluarkan oleh Kaspersky Lab, Adobe mendominasi 10 besar software yang paling rentan. Menurut Kaspersky, kesepuluh software dalam daftar tersebut membuka peluang para penjahat cyber-crime mengambil alih kontrol komputer hingga ke tingkat sistem.
Penilaian didasarkan pada lima kategori, dan kerentanan Adobe terdapat pada 3 kategori teratas.
Acrobat Reader memenuhi syarat kategori kerentanan pertama. Sebanyak 40% komputer yang menggunakan software ini, sistemnya dapat dirusak oleh penjahat cyber. Sementara kategori kerentanan kedua dan ketiga muncul pada software Adobe Flash Player.
Kategori kerentanan ke empat ditempati oleh Java Virtual Machine, sedangkan yang kelima adalah Apple QuickTime, Winamp, dan Microsoft Office.
BlackBerry telah meluncurkan aplikasi terbarunya untuk mempermudah para penggunanya ber-Twitter ria. Melalui Research In Motion Limited (RIM), vendor resmi BlackBerry mengeluarkan aplikasi bernama Twitterfor BlackBerry smartphones versi 2.0.0.11. Terhitung kemarin, para pengguna BlackBerry dapat mengoperasikan Twitter secara gratis dengan aplikasi official ini.
Sebelumnya, Blackberry juga telah mengeluarkan produk serupa dari vendor lain, yaitu Twit Pro for Twitter, Tweeker for Twitter, dan TweetGenius. Aplikasi ini bekerja pada browser BlackBerry dan kamera, sehingga Anda dapat mem-posting link atau mengunggah foto terbaru Anda langung ke Twitter.
Seperti halnya ber-Twitter di komputer, aplikasi itu juga memudahkan Anda untuk menemukan dan mem-follow akun orang lain, mengikuti topik terhangat, dan me-retweet. Anda dapat mengunduhnya langsung di appworld.blackberry.com.
Jadi bagi Anda para pengguna Twitter, selamat menikmati layanan gratis ini… ^_^
Google Inc kini meluncurkan layanan mobile payment terbarunya yang diberi nama Google Wallet, Kamis (26/5/2011). Layanan tersebut akan tersedia di ponsel dari Sprint Nextel Corp. Layanan ini memungkinkan pemilik telepon membayar dan mencairkan kupon lewat ponsel dengan sistem operasi Android.
Teknologi itu tersedia di ponsel Android Nexus S dari Sprint, operator nirkabel terbesar ketiga di Amerika Serikat. Google menggunakan teknologi yang disebut komunikasi jarak dekat atau near field communication (NFC). Teknologi ini memungkinkan pengguna membayar lewat ponsel di kasir yang dilengkapi dengan NFC.
Google akan meluncurkan layanan ini di lima kota, New York, San Francisco, Los Angeles, Chicago, dan Washington DC. Borrell Associates Inc memperkirakan, belanja lewat kupon mobile di AS bakal naik jadi 6,53 miliar dollar AS tahun 2014 dibandingkan tahun lalu 370 juta dollar AS.
Google menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak dari beberapa perusahaan, seperti VeriFone Systems Inc dan ViVOtech Inc, untuk menjalankan layanan.
Mari kita tunggu dan lihat hasil Google Wallet ini, semoga bagus dan berkembang…
