Thursday, October 20, 2011

Hasil penelitian Ohio State University tentang kepemimpinan

pemimpin
Kelompok riset di Ohio State University yakin bahwa mempelajari kepimpinan sebagai sifat personal kurang berhasil dan memutuskan untuk menganalisasi bagaimana individu bertindak tatkala mereka tengah memimpin suatu kelompok atau organisasi. Analisis dilakukan dengan menyuruh para bawahan mengisi kuesioner tentang pimpinan mereka. Dalam kuesioner, bawahan harus mengidentifikasi berapa kali pimpinan mereka melakukan jenis perilaku tertentu.
Kuesioner tersebut terdiri atas 1800 item yang menggambarkan aneka aspek berbeda dari perilaku seorang pemimpin. Dari daftar panjang tersebut, diformulasikanlah 150 item pertanyaan yang kemudian disebut Leader Behavior Description Questionnaire (LBDQ). LBDQ diberikan kepada pada ratusan orang di bidang pendidikan, militer, dan industri, dan hasilnya menunjukkan bahwa kelompok perilaku tertentu adalah khas seorang pemimpin. Enam tahun kemudian, R.M. Stogdill mempublikasikan versi ringkat LBDQ yang disebut LBDQ-XII, yang menjadi kuesioner yang paling banyak digunakan dalam riset kepemimpinan.
Para peneliti menemukan bahwa tanggapan bawahan atas kuesioner mengelompok pada 2 tipe umum perilaku pimpinan. Pertama, struktur prakarsa yaitu sejauh mana seorang pemimpin mendefinisikan serta menentukan peran-peran para bawahan dalam rangka merancang dan memenuhi tujuan di area pertanggungjawabannya. Gaya ini menekankan pengarahan kegiatan pekerja dalam tim ataupun individu lewat perencanaan, pengkomunikasian, penjadualan, penugasan pekerjaan, penekanan deadline, dan pemberian perintah. Pemimpin memelihara standard kinerja yang ketat dan berharap bawahan memenuhinya.
Dampak positif dari pemimpin yang punya Struktur Prakarsa atas produktivitas dan kepuasan kerja muncul tatkala :
1. tekanan yang tinggi atas hasil dilakukan orang lain selain si pemimpin;
2. pekerjaan memuaskan pekerja;
3. pekerja bergantung pada pemimpin atas informasi dan arahan seputar bagaimana menyelesaikan pekerjaan;
4. pekerja secara psikologis dapat dipengaruhi lewat pemberian instruksi dalam hal apa yang harus dan bagaimana melakukannya; dan
5. lebih dari 12 pekerja melapor pada pemimpin.
Kedua, Perilaku Perhatian yang pada dasarnya sama dengan Perilaku Hubungan. Perilaku Perhatian adalah sejauh mana pemimpin punya hubungan dengan bawahan yang dicirikan oleh saling percaya, komunikasi dua arah, respek pada gagasan pekerja, dan empati atas perasaan mereka. Gaya ini menekankan pada pemuasan kebutuhan pekerja. Pemimpin umumnya menyediakan waktu untuk mendengar, berkeinginan melakukan perubahan, mengupayakan kesejahteraan pribadi para pekerja, bersahabat, dan mudah didekati. Derajat Perhatian yang tinggi mengindikasikan kedekatan psikologis antara pimpinan dan bawahan; derajat Perhatian yang rendah menunjukkan jarak psikologis yang lebar dan pimpinan lebih impersonal (tidak manusiawi).

Dampak positif dari pemimpin yang punya Perilaku Perhatian atas produktivitas dan kepuasan kerja muncul tatkala
1. tugas bersifat rutin dan sedikit mengabaikan pekerja,
2. bawahan terpengaruh oleh kepemimpinan yang partisipatif;
3. anggota tim harus belajar sesuatu yang baru;
4. pekerja merasa keterlibatan mereka dalam proses pengambilan keputusan adalah sah dan berdampak atas kinerja pekerjaan mereka; dan
5. pekerja merasa bahwa perbedaan status yang nyata antara mereka dengan pimpinan seharusnya tidak ada.

No comments:

Post a Comment